Menuju Indonesia Bangkit dari Resesi Ekonomi
- Novianti Putri
- November 3, 2021
- Business Insight
- 0 Comments
Menuju Indonesia Bangkit dari Resesi Ekonomi
Hadirnya pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia turut mempengaruhi berbagai sektor esensial, salah satunya adalah ekonomi. Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mengalami dampak pergolakan ekonomi akibat adanya pandemi ini. Hal ini ditandai dengan terjadinya resesi ekonomi setelah mencatatkan tiga kali pertumbuhan minus. Puncaknya pada kuartal III 2020, Indonesia resmi dinyatakan resesi akibat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencatat angka minus mencapai 3,49 persen (year on year).
Namun nyatanya, bukan hanya Indonesia yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19. Beberapa negara maju seperti Singapura, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat pun mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang minus.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang resesi yang dialami oleh Indonesia dan bagaimana Tanah Air bisa terlepas darinya. Ada baiknya kita simak terlebih dahulu maksud dan dampak dari resesi ekonomi itu sendiri.
Apa Itu Resesi Ekonomi?
Resesi adalah sebuah periode saat terjadi penurunan roda perekonomian yang ditandai dengan melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. Terdapat beberapa indikator yang dapat menunjukkan bahwa sebuah negara tengah dalam kondisi resesi. Di antaranya, penurunan pada PDB, merosotnya pendapatan riil, jumlah lapangan kerja, penjualan ritel, hingga terpuruknya industri manufaktur.
Resesi juga bisa diartikan sebagai kondisi saat pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 0 persen, atau bahkan minus dalam kondisi terburuknya. Sebab, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur perkembangan dan kemajuan suatu negara. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Salah satunya adalah faktor eksternal yang berada di luar kendali seperti gejolak ekonomi global dan mekanisme pasar.
Ketika sebuah negara terancam atau bahkan sudah mengalami resesi, ada beberapa cara yang lazim dilakukan. Umumnya, ekonomi bereaksi dengan melonggarkan kebijakan moneter dengan memasukkan lebih banyak uang ke dalam sistem, yaitu dengan meningkatkan jumlah uang beredar. Langkah ini dilakukan dengan mengurangi suku bunga. Tidak hanya itu, peningkatan pengeluaran oleh pemerintah dan penurunan pajak juga dianggap sebagai salah satu jawaban dari masalah ini.
Dampak dari Resesi Ekonomi
Resesi bersifat destruktif karena dapat menciptakan pengangguran yang tersebar luas. Selain itu dampak ekonominya pun bersifat domino pada kegiatan ekonomi di sebuah negara. Misalnya, ketika angka investasi anjlok di masa resesi, secara otomatis akan menghilangkan sejumlah lapangan pekerjaan dan akhirnya terjadi PHK besar-besaran.
Ketika seseorang mengalami PHK, otomatis ia akan kehilangan sumber penghasilan yang mau tidak mau membuatnya lebih berhemat dan daya beli pun menjadi turun. Akhirnya, dampak dari resesi pun merambat ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM. Melemahnya daya beli masyarakat membuat UMKM kehilangan pembeli dan penjualan turut melambat. Jika tidak mampu memutar otak dalam berkreasi dan berinovasi, ujungnya sektor ini juga terancam gulung tikar.
Di sisi lain, peluang untuk mendapatkan pekerjaan baru juga sulit untuk didapatkan. Di masa resesi, selain terpaksa mengurangi jumlah karyawan, perusahaan juga enggan untuk membuka lapangan kerja baru. Hal ini dilakukan untuk menjaga cash flow dan mempertahankan perusahaan agar tidak bangkrut.
Dampak dari resesi ekonomi memang tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak diatasi secara baik, efek domino di masyarakat akan semakin menyebar ke berbagai sektor. Misalnya macetnya kredit perbankan, inflasi yang sulit dikendalikan, bahkan berpotensi terjadi deflasi.
Sejarah Resesi di Indonesia
Sebenarnya, resesi bukanlah hal baru untuk Indonesia. Dalam catatan sejarah, Tanah Air pertama kali mengalami resesi pada tahun 1963 silam. Pada kala itu, Indonesia mencatatkan pertumbuhan negatif dalam dua kuartal berturut-turut yang disebabkan karena hiperinflasi. Setelah beberapa tahun berselang, ekonomi Indonesia kembali positif. Hal ini disebabkan karena tensi politik membaik dan kenaikan harga minyak dunia yang turut mendorong perekonomian dalam negeri.
Sejarah resesi ekonomi Indonesia tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah bertahun-tahun mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif. Di tahun 1998, Indonesia mengalami krisis ekonomi. Krisis ini dimulai sejak tahun sebelumnya, di mana Indonesia mencatatkan pertumbuhan minus selama 6 bulan di tahun 1997. Kala itu, pemerintah harus meminta bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) yang nyatanya tak banyak membantu Tanah Air.
Krisis ekonomi 1998 menjadi salah satu catatan terparah bagi Indonesia bahkan Asia. Saat itu, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tembus ke angka Rp 16 ribu dari posisi normal pada angka Rp 9 ribu. Tidak hanya itu, inflasi besar-besaran pun terjadi yang akhirnya mengakibatkan meroketnya harga-harga barang.
Dampak dari krisis ekonomi di tahun 1998 pun tak main-main. Kepercayaan terhadap pemerintah perlahan menghilang, masyarakat pun melakukan aksi demo besar-besaran, dan akhirnya berhasil menggulingkan era orde baru pimpinan Soeharto yang telah menjabat sejak 1965. Dari sisi ekonomi, dampak yang terjadi pun juga tak kalah mengkhawatirkan. Di antaranya, utang luar negeri membengkak, banyak perusahaan yang bangkrut, hingga pasar modal yang babak belur.
Indonesia Bangkit dari Resesi
Setelah lebih dari 2 dekade bebas dari bayang-bayang resesi. Di tahun 2020, Indonesia kembali mengalami resesi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Kurang lebih selama 9 bulan Indonesia masuk ke dalam jurang resesi, hingga di pada kuartal II 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia memperlihatkan tren positif yang akhirnya melepaskan Tanah Air dari jeratan resesi.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi terus meningkat sejak kuartal IV 2020, walaupun masih berada pada angka minus. Di kuartal I 2021, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi di angka minus 0,71 persen. Dan akhirnya angin segar pun datang di kuartal II 2021, di mana Indonesia mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi positif yakni 7,07 persen. Angka ini terbilang cukup fantastis dan merupakan catatan sejarah tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi positif ini. Mulai dari perbaikan dalam penanganan pandemi Covid-19, di mana pemerintah semakin gencar melakukan vaksinasi, hingga kasus harian yang perlahan menurut. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang tumbuh di angka 5,93 persen (YoY) pun turut berperan dalam melepaskan Indonesia dari resesi.
Apa yang Bisa Anda Lakukan Setelah Resesi Ekonomi?
Pasca resesi, beberapa orang pun mulai memikirkan cara untuk mendapatkan kembali pemasukan rutinnya dan memutar uang tersebut. Langkah apa saja bisa dilakukan?
Membuka Bisnis
Bisnis menjadi salah satu instrumen utama penggerak ekonomi Indonesia. Bahkan di tengah pandemi dan resesi, banyak bisnis yang tetap bertahan dan berhasil melalui badai tersebut. Setelah resesi, Anda dapat menjadikan bisnis sebagai salah satu cara untuk memutar uang yang dimiliki.
Namun perlu diingat, Anda pun harus cermat dalam memilih bisnis yang akan dijalankan. Usahakan bisnis tersebut bersifat everlasting dan dapat memenuhi hajat hidup orang banyak. Hindari bisnis yang one time hits atau hanya tenar pada masa tertentu saja. Selain itu, Anda pun juga turut mengikuti perkembangan zaman dengan membuka bisnis yang dapat dijangkau oleh semua orang. Anda bisa memanfaatkan beragam kemajuan teknologi yang saat ini cukup pesat berkembang.
Investasi
Jika bisnis memiliki fungsi untuk memutar uang Anda. Investasi akan mengamankan uang Anda dan memberikan keuntungan di kemudian hari. Ada beberapa instrumen investasi yang bisa Anda pilih. Mulai dari yang berisiko rendah seperti deposito atau reksadana pasar uang, hingga yang memiliki risiko tinggi seperti saham.
Selain beberapa jenis investasi tersebut, Anda juga bisa memilih investasi yang dianggap konvensional yakni emas dan properti. Kedua investasi ini dianggap paling aman dan cukup menguntungkan bagi masyarakat. Pasalnya, harga emas akan terus meningkat dan komoditi ini tidak terpengaruh dengan inflasi. Begitu juga dengan properti, dari waktu ke waktu, harga properti akan terus meningkat. Jadi bukan tidak mungkin harga properti seperti rumah atau apartemen yang Anda miliki saat ini bisa bertambah berkali-kali lipat di kemudian hari.
Walaupun masih berada di tengah pandemi Covid-19, namun Indonesia sudah bisa melepaskan diri dari resesi. Tren pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif pun turut menjadi angin segar bagi banyak pihak. Guna mengamankan diri dari ancaman serupa di kemudian hari, Anda dapat mulai memikirkan beberapa cara untuk mengamankan sekaligus memutar uang yang dimiliki. Bisnis dan investasi, bisa jadi salah satu solusinya.